Jakarta (ANTARA) – Pembangunan klaster baja di Cilegon, Banten, yang ditargetkan mampu memproduksi 10 juta ton baja diyakini bisa rampung lebih cepat dari target yang dicanangkan pada 2025.
"Kelamaan kalau (rampung) 2025. Saya yakin kalau regulasi baik, pasar sehat, 2023 sudah bisa terkejar (targetnya)," kata Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Silmy Karim di Jakarta, Kamis.
Pemerintah mendukung pembangunan klaster baja di Cilegon guna mendorong pembentukan industri baja yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Pembangunan klaster baja di Cilegon terdiri dari fasilitas produksi eksisting milik PT Krakatau Steel dan PT Krakatau Posco ditambah dengan pembangunan fasilitas produksi baru, yakni pabrik Hot Strip Mill kedua (HSM 2), yang akan beroperasi pertengahan tahun ini.
Pabrik Hot Strip Mill (HSM) kedua berkapasitas 1,5 juta ton itu diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi baja hingga 5,4 juta ton per tahun.
"Saat ini produksi sekitar 5 juta ton per tahun. Tahun ini kami targetkan produksi mencapai 6 juta ton," katanya.
Silmy menuturkan guna mempercepat pembangunan klaster baja Cilegon, pihaknya juga akan menambah pabrik HSM ketiga dengan kapasitas 1,5 juta ton. Selain itu, pembangunan Cold Rolling Mill (CRM) yang jadi produk turunan pabrik HSM, juga akan dilakukan sebagai upaya hilirisasi.
"Kita akan menuju hilir, ini sudah jadi perencanaan strategis kami," ujarnya.
Silmy menegaskan pembangunan fasilitas akan meningkatkan kemampuan industri nasional yang akhirnya memberi kontribusi positif pada perekonomian.
"Ini juga akan mengurangi neraca perdagangan Indonesia yang tahun lalu sudah mempunhau tekanan yabg cukup serius. Baja ini nomor tiga yang memberi tekanan pada defisit transaksi berjalan," katanya.
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Faisal Yunianto
COPYRIGHT © ANTARA 2019